Kondisi Umum
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja secara georafis terletak pada koordinat 134°03'17" sampai 134°04'05" Bujur Timur dan 0°51'29" sampai 0°52'59" Lintang Selatan dengan luas kawasan adalah 460,25 ha. Kawasan ini terletak pada bagian Utara Pusat Kota Manokwari dengan jarak ± 3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Dalam kawasan terdapat jalan beraspal sepanjang 7 km yang membelah kawasan dari arah Barat (Asrama mahasiswa Unipa) ke arah timur tenggara kawasan (Komplek Sarinah-Kelurahan Manokwari Timur) dan jalan lingkar Anggori - Pasir Putih-Amban sejauh 24 km. Secara administrasi TWA Gunung Meja terletak di Kecamatan Manokwari, Kabupaten Manokwari-Papua Barat.
TWA Gunung Meja berada pada ketinggian 16-210 m dpl dengan topografi bervariasi dari datar hingga bergelombang ringan ke arah Timur dan bergelombang berat dari Timur ke arah Barat dengan puncak tertinggi (puncak Bonay) ± 210 meter dpl. Sedangkan, pada sisi bagian Selatan dan Utara terdapat beberapa tempat yang bertebing karang terjal dan lereng yang curam. Pada puncak terdapat daerah yang memiliki relief kecil hampir datar menyerupai permukaan meja. Karena bentuk fisiograti lahan yang demikian, sehingga kawasan ini dinamakan Gunung Meja (Tafelberg). Fisiografi lahan dengan tebing karang terjal dan berteras pada sisi sebelah Selatan ke Barat Laut kawasan merupakan wilayah penyebaran sumber mata air.
Kawasan Gunung Meja secara Lithostratigarfi termasuk dalam strata Formasi Manokwari (formasi befoor). Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu, sedikit biomikrit, kasidurit dan kalkarenit mengandung ganggang dan foraminitera. Jenis tanah yang dominan adalah tanah kapur kemerahan dan tanah endapan aluvial. Leppe D dan Tokede MJ. 2008, menggolongkan jenis tanah di kawasan TWA Gunung Meja dalam empat jenis yang umumnya memiliki lapisan tanah atas (top soil) yang sangat tipis yaitu < 30 cm. Keempat jenis tanah tersebut adalah tanah liat, tanah kapur, tanah berbatu dan tanah berkarang. Berdasarkan sifat kimia tanahnya, tanah di kawasan TWA Gunung Meja termasuk kelompok tanah marjinal, karena kandungan kimia tanah berkisar antara sangat rendah sampai tinggi.
Sejarah
Hutan Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak jaman Pemerintahan Hindian Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus 1953, yaitu saat kunjungan Tim Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari : Ir. J.F.V.Zieck (Kepala Seksi Inventarisasi Hutan); Ir. J. Fokkinga (Ketua Komisi Pertanian) dan H. Schrijn (Kepala Pemangkuhan Hutan) ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa areal hutan primer seluas 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha termasuk jurang dan tebing-tebing karang yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan fungsi utama pengatur tata air (Hidroorologi).
Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan inventarisasi hutan primer seluas 100 ha, dan pada tahun 1956 dan 1957 mencapai 360 ha pada. Selain itu juga dilakukan survey tanah dan analisis vegatasi untuk jenis-jenis pohon yang mencapai diameter 35 cm dengan intensitas sampling 10 % oleh Jance Ainusi (pengenal jenis lokal) dan Ir. Faber (ahli botani Belanda).
Dalam rangka pemanfaatan fungsi hidroorologis tersebut, pada tahun 1957 Perusahaan Air Minum (PDAM) Manokwari menggagas untuk memasang pipa dari sumber mata air di Gunung Meja ke daerah Kuawi dan Fanindi Unjung (Surat PDAM Manokwari nomor 574 tanggal 4 Maret 1957). Kemudian dengan pertimbangan letak dan jarak dari pusat Kota Manokwari yang sangat dekat, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan aneka fungsi hutan Lindung Gunung Meja sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan dan pelatihan di bidang kehutanan
2. Fungsi penelitian
3. Taman Hutan/Botanical Garden
4. Tempat rekreasi untuk masyarakat kota Manokwari.
Selain aneka fungsi tersebut pada tahun 1959, Pemerintah Hindia Belanda juga mendorong kawasan Hutan Lindung Hidrologis Gunung Meja untuk perlindungan satwa (Surat Kepala Seksi Pemangkuan Hutan nomor 6486/99, tanggal September 1959, tentang Monumen Alam Hutan Lindung Gunung Meja). Namun demikian pengelolaan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja tersebut belum sempat terwujud, karena situasi politik yang mengharuskan pemerintah Hindia Belanda untuk meninggalkan Nederland Neuw Guinea (Tanah Papua) dan menyerahkan kekuasaannya di Tanah Papua (termasuk pengelolaan Hutan Lindung Gunung Meja) ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963. Kemudian Pemerintah Republik Indonesia mempercayakan kepada Provinsi Irian Barat.
Kemudian pada tahun 1980 sampai sekarang dengan tetap memperhatikan fungsi hidroorologinya Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Hutan Lindung Gunung Meja sebagai Hutan Wisata dengan luas 500 Ha (SK Menteri Pertanian nomor 19/Kpts/Um.1/1980 tanggal 12 Januari 1980). Sejak saat ini TWA Gunung Meja dikelola oleh Resort KSDA Manokwari, Sub Balai KSDA Papua I, Balai KSDA VIII Ambon yang sekarang menjadi Resort KSDA Gunung Meja, Seksi Konservasi Wilayah (SKW) III Bintuni, Bidang KSDA Wilayah II Fakfak, Balai Besar KSDA Papua Barat.
Sejak tahun 1980 sampai sekarang, berbagai penelitian ilmiah telah banyak dilakukan, baik yang dikerjakan oleh Balai KSDA sendiri selaku pengelola maupun yang dilakukan oleh instansi terkait, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat. Beberapa instansi terkait yang pernah melakukan kegiatan survey dan penelitian di dalam kawasan TWA Gunung Meja antara lain: Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, Universitas Negeri Papua (UNIPA) dan NRM.
Hidrologi
Kawasan TWA Gunung Meja memiliki ± 30 mata air berupa gua-gua dan mata air yang tersebar di dalam dan sekitar kawasan (Zieck, 1960). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Manokwari melaporkan bahwa sebanyak 12 mata air yang dijadikan sumber pasokan air bagi masyarakat kota Manokwari dan 7 diantaranya terdapat di dalam dan sekitar TWA Gunung Meja. Mata air ini sebagian besar berada di kaki lereng sisi sebelah Selatan. Sumber air yang dimanfaatkan oleh PDAM mampu memasok 10,30 % dari total kebutuhan air PDAM Manokwari.
Berdasarkan data NRM, rata-rata tegakan hutan TWA Gunung Meja mampu mampu menyimpan air 3.5892 ton/ha. Jika dikalikan dengan luas kawasan maka, TWA Gunung Meja seluas 460,25 ha mampu menyimpan air sebanyak 1649,0297 ton air, yang akan dikeluarkan pada setiap mata air sepanjang tahun.
Sosial Ekonomi Budaya
Kawasan TWA Gunung Meja secara administratif berbatasan langsung dengan 4 wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Amban, Kelurahan Padarmi, Kelurahan Manokwari Timur dan Kelurahan Pasir Putih. Penduduk yang bermukim di keempat kelurahan tersebut sampai tahun 2007 berjumlah 28.795 jiwa.
Etnik yang bermukim pada kampung-kampung tersebut umumnya campuran etnik asli Manokwari dan etnik pendatang. Etnik penduduk asli terutama dari suku Mole, Hatam, Sough dan Meyakh. Sedangkan etnik pendatang atau urban umumnya berasal dari Sorong, Biak, Serui serta pendatang dari luar, yaitu dari Makasar, Ambon, Buton Timur dan Sumatera (Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. 2004).
Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar kawasan TWA Gunung Meja, adalah perladangan/kebun masayarakat, pengambilan kayu bakar, pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu, perburuan, pengambilan tanah (top soil), pengambilan batu-batu; arang, pemukiman penduduk dan bangunan fisik lainnya.
Kawasan Gunung Meja berdasarkan filosofi budaya masyarakat Afrak, yaitu kelompok suku Hatam dan Suku Sough yang bermukim di sekitar kawasan, memandang Hutan Gunung Meja sebagai AYAMFOS yang artinya dapur hidup. Ayamfos yang berarti Hutan Gunung Meja baik berupa tanah, air dan hutan yang terkandung di dalamnya merupakan sumber penghidupan masyarakat yang perlu dijaga, dilindungi dan dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat dalam kehidupannya. Hutan Gunung Meja “Ayamfos” berfungsi sebagai tempat berkebun, sumber protein nabati dan hewani dalam pemenuhan kehidupan masyarakat sehari-hari, sumber air barsih bagi kehidupan masyarakat, tempat melakukan usaha-usaha ekonomi pertanian dan juga situs budaya “tanah larangan/tempat pamali bagi masyarakat (Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. 2004).
Sumber :
- Anonim. 2004. Potret Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari. NRM. Manokwari.
- Anonim. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TWA Gunung Meja Tahun 2009-2024, Balai Besar KSDA Papua Barat. Sorong.
- Leppe D dan Tokede MJ. 2008. Potensi Biofisik Taman Wisata Alam Gunung Meja. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Manokwari.
Pengakuan tulus dari: FATIMAH TKI, kerja di Singapura
BalasHapusSaya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
kepada KY FATULLOH saya sudah kerja sebagai TKI
selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
Saya mengetahui situs KY FATULLOH sebenarnya sdh lama
dan jg nama besar Beliau
tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
Saya bilang saya terlantar disingapur
tidak ada ongkos pulang.
dan KY FATULLOH menjelaskan persaratanya.
setelah saya kirim biaya ritualnya.
beliau menyuruh saya untuk menunggu
sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
dan memberikan no.togel "8924"mulanya saya ragu2
apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
angka yg diberikan 8924 ternyata benar2 Jackpot….!!!
dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KY
sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
Buat KY,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KY.
Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat
~~~Hub;~~~
Call: 0823 5329 5783
WhatsApp: +6282353295783
Yang Punya Room Trimakasih
----------