Jauh di daerah pesisir utara “Kepala Burung” pulau Papua terdapat suatu kawasan yang mendapatkan perhatian cukup luas baik dari masyarakat, pemerintah maupun dunia internasional. Begitu berartinya kah kawasan ini sehingga pantas mendapatkan perhatian yang cukup besar dari berbagai kalangan? Mari kita tengok sedikit lebih jauh tentang kawasan ini.
Sejarah Kawasan
Kawasan Jamursba Medi ditunjuk sebagai cagar alam dengan SK Menteri Pertanian Nomor : 820/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 November 1982, dan SK Menteri Kehutanan Namun menurut peta kawasan hutan dan perairan kawasan ini ditunjuk sebagai suaka margasatwa.
Letak dan Luas
Kawasan SM Jamursba Medi terletak di daerah kepala burung pada 132o24'00” sampai 132o36'00” BT dan 0o20'00” sampai 0o22'00” LS. Secara administrasi masuk dalam wilayah Distrik Abun Kabupaten Tamrau, sedangkan tanggung jawab pengelolaan berada di bawah Seksi Konservasi Wilayah II Teminabuan, Bidang Wilayah I Sorong Balai Besar KSDA Papua Barat. Pada penataan batas kawasan pada tahun 1995 oleh Sub Biphut Manokwari kawasan ini memiliki luas 278,25 Ha. Sebelah utara kawasan ini berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik sedangkan pada bagian selatan berbatasan dengan pegunungan Tamrau.
Profil Pantai
Pantai di kawasan ini cukup datar tetapi di beberapa tempat terdapat pantai yang berbatu. Pantai ini terbagi menjadi 3 bagian yang dipisahkan oleh adanya tanjung. SM Jamursba Medi mempunyai 3 tempat peneluran penyu utama yaitu, Wembrak, Warmamedi dan Batu Rumah (lebar pantai rata-rata 10 -15 meter dengan panjang keseluruhan sekitar 21 km).
Potensi
Secara umum kawasan ini mempunyai curah hujan tahunan 4.062 mm dan rata-rata hari hujan 203,9 hari pertahun dengan nilai Q=5,36 %. Topografi kawasan cukup datar, namun pada tempat-tempat tertentu terdapat tebing yang cukup terjal dan berbatu. Terdapat beberapa sungai besar yang dangkal bahkan terkadang tidak ada air. Pada kawasan ini terdapat tiga pantau yang cukup potensial untuk pendaratan penyu yaitu pantai Wermon, pantai Warmandi dan pantai Batu Rumah. Rata-rata lebar pantai 10- 15 meter dengan panjang keseluruhan 18,6 km.
Kawasan ini merupakan daerah peneluran penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang cukup potensial di dunia setelah Serawah dan daerah Pasifik Utara. Beberapa jenis penyu yang juga sering dijumpai adalah penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu sisik semu (Lepidochelys olivacea) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Hampir sepanjang tahun dapat dijumpai penyu yang mendarat, namun musim pendarat yang ramai terjadi pada bulan Juni Juli. Pada 3 tahun terakhir rata-rata penyu yang mendarat sebanyak 500 ekor/malam. Penyu yang mendarat biasanya meninggalkan telur sebanyak 80 180 butir.
Selain potensi penyu di daerah pasisir pantai, pada ekisistem hutan pantai dan hutan dataran rendah SM. Jamursba Medi juga dijumpai beberapa jenis satwa liar, antara lain: kuskus (Phalanger sp), kanguru pohon dan kanguru tanah(Dendrolagus sp), rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus scrova), landak irian (Zaglossus bruijnii), biawak (Varanus spp) dan jenis-jenis burung terutama yang dilindungi undang-undang seperti kakatua putih jambul kuning (Cacatua galerita triton), cenderawasih (Paradisea minor), kakatua raja (Probosciger atterimus), maleo (Megapodius sp), rangkong(Rhyticerus plicatus). Jenis vegetasi yang banyak dijumpai pada kawasan ini antara lain : bintangur (Calophylum innophylum), waru laut (Hibiscus tiliaceous), putat laut (Baringtonia canavalia), ketapang (Terminalia catapa), katang-katang (Ipomea pescapre) dan jenis-jenis hutan dataran rendah lainnya.
Aksesibilitas
Untuk menuju kawasan SM. Pantai Jamursba Medi dari Kota Sorong dapat di tempuh dengan perjalanan laut. Tersedia sarana transportasi kapal perintis rute Sorong Sausapor dengan waktu tempuh sekitar 12 jam dan tarif + Rp 100.000. Kemudian dari Sausapor dapat ditempuh dengan menggunakan perahu motor dalam waktu sekitar 1 jam.
Upaya Perlindungan
Upaya perlindungan dan pengawetan jenis-jenis penyu pada kawasan SM Jamursba Medi telah dilakukan Oleh Balai Besar KSDA Papua berkerja sama dengan LSM (WWF, Yayasan Alam Lestari) dan masyarakat lokal sejak lama. Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain:
- Pemasangan pagar listrik, untuk menghalau predator seperti babi hutan, soa-soa (biawak), anjing liar dll.
- Penyuluhan kepada masyarakat dan patroli bersama, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti penting SM Jamursba Medi.
- Penandatanganan kerja sama regional antara negara Solomon, PNG dan Indonesia, untuk perlindungan habitat penyu belimbing di Bismark Solomon Seas Ecoregion pada tahun 2006.
- Penetasan telur semi penyu belimbing alami.
- Pada tahun 2008 Balai Besar KSDA Papua Barat, menempatkan kawasan SM Jamursba Medi sebagai salah satu kawasan konservasi yang akan dikelola secara optimal dalam 5 sampai 10 tahun ke depan.
Permasalahan
- Sejak tahun 2009, distrik Abun masuk ke dalam kabupaten pemekaran baru yaitu Kabupaten Tamrau.
- Terjadinya sedimentasi yang berlebihan dari daerah hulu akibat adanya pembukaan hutan sehingga menurunkan suhu pasir dan mengurangi persentase penetasan penyu.
- Adanya abrasi pantai akibat besarnya gelombang laut utara kepala burung saat ini.
- Pembentukan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang mencakup wilayah Sausapor, Pulau Dua dan Jamursba Medi.
- Pembangunan jalan trans Papua Barat pantai Utara .
Sumber data :
Buku Informasi Bidang Wilayah I KSDA
WWF Region Sahul-Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar