I. Pendahuluan
Seperti telah kita ketahui, Indonesia adalah salah satu negara megabiodiversity dengan keragaman kekayaan sumber daya alamnya. Sebagai negara megabiodiversity, Indonesia memiliki sumber daya plasma nutfah yang melimpah salah satunya pada hutan humida tropis. Masih banyak jenis flora dan fauna yang belum teridentifikasi dan diketahui manfaatnya di areal hutan humida tropis Indonesia. Ironisnya degradasi hutan telah berimbas pada penurunan fungsi hutan sebagai sistem penyangga kehidupan dan penurunan keanekaragaman plasma nutfah di dalamnya. Terlepas dari laju degradasi hutan, upaya pemanfaatan plasma nutfah terus dilakukan terutama untuk zat aktif obat-obatan dalam usaha untuk mendukung keberlangsungan hidup manusia khususnya dari ancaman bahaya penyakit yang dewasa ini semakin beragam jenisnya.
II. Tanaman Penghasil Zat Bioaktif Calanolid A (Bahan Obat Anti Virus HIV)
Zat bioaktif Calanolid A adalah obat anti HIV yang diperoleh dari tanaman hutan humida tropis (Callophyllum). Calanolid A mencegah virus HIV yang menyerang nukleus pada sel T yang sehat. Calanolid A juga mencegah sel T yang telah terserang memproduksi virus HIV baru dan juga berperan dalam menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh.
Beberapa jenis Bintangur (Callophyllum spp) telah diketahui sebagai penghasil bahan obat anti virus HIV. Penemuan ini diawali dari kerjasama Amerika Serikat dengan Pemerintahan Sarawak yang telah menemukan jenis Callophyllum lanigerum sebagai penghasil zat bioaktif yang disebut Calanolid A. Zat ini telah dipatenkan oleh USA dan telah ada ijin membuat obat anti virus HIV. Selain Callophyllum lanigerum diketahui Callophyllum sp. Juga sebagai penghasil zat bioaktif yang disebut Calanolid A (Soekotjo,2007).
Di Indonesia penelitian mengenai tanaman penghasil Calanolid A dilakukan oleh Dr. Subagus dari Farmasi UGM yang telah menemukan jenis Callophyllum lanigerum di Pulau Rempang Kepulauan Riau. Diperkirakan tidak hanya di Pulau Rempang, tapi juga di Batam dan pulau-pulau lainnya. Bahkan dimungkinkan di perbatasan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Timur terdapat jenis tersebut. Di Indonesia ada sekitar 30 40 species Bintangur. Jenis yang telah dikaji baru sekitar 11 species, sehingga masih tersedia banyak jenis lagi yang mungkin memiliki khasiat obat (Soekotjo,2007).
III. Potensi Vegetasi Penghasil Anti Virus HIV di TWA Sorong
Kawasan TWA Sorong terletak pada koordinat 0˚51' - 0˚58' LS dan 131˚21' - 131˚21' BT. Sedangkan berdasarkan administrasi pemerintahan kawasan ini termasuk dalam Distrik Sorong Timur Kota Sorong, Propinsi Papua Barat. Kawasan TWA Sorong sendiri ditunjuk sebagai kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.397/Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981 dengan luas 945,9 Ha.
Vegetasi tingkat pohon pada kawasan hutan TWA Sorong berdasarkan survey lapangan sebanyak 57 spesies. Jenis yang dominan adalah Intsia spp., Agathis spp., Vatica spp., Pometia pinnata., Canarium spp., Callophyllum spp., Pometia pinnata F., Anisoptera spp., Horea sangol., Melaleuca Leucadendron L. Sedangkan sepuluh vegetasi tingkat pohon dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi di kawasan hutan TWA Sorong disajikan pada diagram 1 .
Dari diagram diketahui bahwa Callophyllum spp., memiliki Indeks Nilai Penting terbesar ke 6 (enam) pada kawasan hutan TWA Sorong. Sangat dimungkinkan TWA sorong menyimpan potensi besar sebagai sumber penghasil Calanolid A obat anti virus HIV dan jenis obat-obatan lainnya yang belum ditemukan. Oleh karena itu upaya penelitian dan pemanfaatan jenis flora dan fauna sebagai sumber obat khususnya pada hutan humida tropis perlu terus ditingkatkan menginggat laju deforestasi yang terus berjalan dan semakin beragamnya jenis penyakit yang berkembang saat ini.
Diagram 1
DAFTAR PUSTAKA
- Anonimous, 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Wisata Alam Sorong Periode 2009 2028 Kota Sorong Provinsi Papua Barat. Departemen Kehutanan Dirjen PHKA BBKSDA Papua Barat.
- Http://www.aidsmeds.com/archive/calanolide-A_1617.shtml. di download tanggal 28 Mei 2010.
- http://www.bic.web.id/in/lain-lain/312-pindahkan-demi-kelestarian.html.di download tanggal 28 Mei 2010.
- Soekotjo, 2007. Laporan Bulan Februari “Membangun Hutan Tanaman Komersial yang Prospektif, Sehat, dan Lestari dalam Hutan Alam”. Departemen Kehutanan RI Dirjen BPK.
- Soekotjo, 2007. Laporan Bulan Maret “Membangun Hutan Tanaman Komersial yang Prospektif, Sehat, dan Lestari dalam Hutan Alam”. Departemen Kehutanan RI Dirjen BPK.
Oleh : Eko Yuwono, S.Hut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar