Selamat Datang di Buletin Konservasi Kepala Burung (Bird's Head) Blog "sebuah Blog yang berisi artikel-artikel seputar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan merupakan media informasi, komunikasi, sosialisasi antar sesama rimbawan dalam menegakkan panji-panji Konservasi..."
Bagi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri/Rekan-Rekan Sekalian yang ingin menyampaikan artikelnya seputar Konservasi atau ingin ditampilkan pada Blog ini, dapat mengirim artikel tersebut ke Email Tim Redaksi Buletin : buletinkepalaburung@gmail.com atau ke Operator atas nama Dony Yansyah : dony.yansyah@gmail.com

Sabtu, 19 Mei 2012

Monitoring, Pendataan, dan Pembuatan Sarana Pembesaran Tukik (Kerjasama CI Program Kaimana Seksi KSDA IV Kaimana, dan Masayakat Adat) Edisi 11 2011



Pendahuluan
Kawasan ini merupakan kawasan penunjukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 891/Kpts-II/1999 tanggal 14 Oktober 1999 perihal Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya seluas ± 42.224.840 (Empat Puluh Dua Juta Dua ratus Dua Puluh Empat Ribu Delapan Ratus empat puluh) Hektar dan sebelumnya dengan usulan berdasarkan surat Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Irian Jaya Nomor 522.4/1703 tanggal 20 Agustus 1991 perihal Tinjauan Kemungkinan Pulau Venu Menjadi Kawasan Cagar Alam di Kecamatan Kaimana Kabupaten Daerah Tingkat II Fakfak.  Surat Kepala Dinas tersebut mengusulkan Pulau Venu dan sekitarnya sebagai cagar alam laut (Suaka Margasatwa Laut). Adapun luasan SML Pulau Venu seluas 16,320 hektar. 

Kegiatan pembinaan habitat peneluran dan penetasan penyu hijau/Green Turtle (Chelonia mydas) dan penyu sisik/Hawksbill (Eretmochelys imbricata) bertujuan untuk mendapatkan data perkembangan penyu yang terdapat di SML Pulau Venu.   Kegiatan monitoring, dan penetasan telur penyu tersebut, didukung oleh pihak Conservation Internasional program Kaimana bekerjasama dengan Balai Besar KSDA Papua Barat melalui Seksi KSDA Wilayah IV Kaimana dan masyarakat adat setempat.  Kegiataan pembinaan ini berhasil menetaskan telur penyu dan ditampung di dalam keramba apung sebanyak 669 ekor tanggal 29 Maret 2011.

Vegetasi pantai didominasi oleh Cemara laut (Casuarina equisetifolia) sedangkan jenis lain yang tumbuh dipesisir pantai antara lain Putat laut (Barringtonia asitica), Dadap laut (Erytrina sp.), Waru laut (Hibiscus tiliaseus), Pandan (Pandanus tectorius), Ketapang (Terminalia katapa) dan Merbau pantai (Intsia palembanika). Kelompok moluska yang ditemukan antara lain : Lola (Trochus niloticus), Batu laga (Turmo marmuratus), Kima besar (Tridacna naxima), Kima sisik (Tridacna squamosa), Kima lubang (Tridacna crocea), Kima kepala kambing (Cassis cornuta), Triton terompet (Charonia tritonis), Nautilus berongga (Nautilus pompilus). Selain kelompok moluska, perairan sekitar pulau Venu ditemukan beberapai jenis ikan antara lain : Bubara, beberapa jenis Kakap merah, Hiu, Tenggiri dan Kulit tebal (Pogo=bahasa daerah setempat).  Beberapa satwa yang ditemukan hidup di daratan pulau Venu antara lain : Maleo, Elang, Camar laut, Raja udang, Tikus, cecak dan semut.

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dibagi atas 2 kelompok kegiatan, yaitu: 
1. Kegiatan monitoring dan pendataan, dan 
2. Kegiatan pemeliharaan pembesaran.  
Tim KSDA dan CI yang bertugas di Pulau Venu dilakukan secara bergilir dengan interval waktu 2 minggu sekali, ditemani 2 tokoh masyarakat adat kampung Adi Jaya yang telah ditunjuk.  Pelaksanaan kegiatan diakomodasi oleh pihak CI program kaimana.  Kegiatan monitoring dan pendataan sampai tanggal 29 Maret 2011 berhasil menemukan 103 sarang ditemukan dan 98 induk penyu yang naik bertelur.

Pertama, Kegiatan Monitoring untuk mendapat data kapan (tanggal dan jam) penyu naik bertelur, jenis penyu, lokasi yang dominan di Pulau Venu tempat penyu bertelur, ukuran induk penyu, jumlah penyu yang bertelur dalam kurun waktu  seminggu dan  sebulan.  Pelaksanaan monitoring dilakukan setiap jam 19.00 WIT dengan interval pengamatan 1-2 jam.  Apabila menemukan penyu akan dan sedang bertelur, maka dilakukan identifikasi dan pengukuran serta pemberian tanda secara berurut pada setiap tempat diletakkan telur penyu tersebut. 

Kedua, Kegiatan pemeliharaan pembesaran dilakukan dengan cara mengumpulkan tukik yang baru menetas yang ditemukan, kemudian ditampung sementara pada kota/boks plastik dan kotak/boks gabus yang tersedia.  Kegiatan ini dimaksudkan agar tukik tidak mengalami stress dan setelah kuat, kemudian dilepaskan ke dalam keramba apung sebagai tempat pemeliharaan.  Keramba apung fungsinya untuk pemeliharaan tukik sampai memiliki kerapas yang keras sebelum dilepas ke perairan sekitar Pulau Venu.  Hal ini untuk menghindari beberapa predator yang memakan tukik karena kerapas yang masih lunak.  Pemeliharaan dilakukan selama kurang lebih 3 (tiga) bulan.  Adapun keramba apung dibuat dari kayu papan dan waring net dengan ukuran 3 m x 3 m dengan kedalam keramba 60 cm. 

Untuk menjaga sirkulasi air pada tempat pemeliharaan pembesaran dan mengamankan keramba apung dari ancaman predator ikan terutama ikan hiu serta mudah dipantau dan mudah dijangkau untuk memberi makan tukik maka keramba diapungkan kurang lebih berjarak 15-20 meter dari garis pantai.  Pemberian makan tukik 2 X sehari (pagi jam 06.00 - 08.00 WIT dan sore jam 17.00 - 18.00 WIT).  Jenis bahan makan yang diberikan adalah daging ikan (ikan bubara, ikan kakap merah, ikan cakalang) yang dipancing dipesisir pantai Pulau Venu, dicincang halus-halus kemudian disebarkan didalam keramba.

Hasil Monitoring
Berdasarkan hasil monitoring tersebut, ancaman utama terhadap keberlangsungan hidup satwa penyu dibedakan dalam 2 (dua) penyebab, yaitu: 
1. Penyebab Alamiah
  • Terjadi abrasi yang cukup tinggi di bagian Utara dan Barat Pulau Venu yang menyebabkan tumbangnya pohon-pohon besar.  Hal ini dipengaruhi oleh musim Timur dan Barat, sehingga pasirnya dapat berpindah-pindah di bagian Utara.  Selain itu, tumbangnya pohon-pohon besar dapat menghalangi penyu untuk naik bertelur.
  • Adanya predator alamiah, seperti: tikus, burung maleo, burung camar, burung elang, ikan hiu, ikan mubarak, ikan kakap merah.
  • Hempasan gelombang saat terjadi pasang surut yang menyebabkan karang-karang (corals) patah, dan ketersediaan makan bagi tukik dan induk penyu di sekitar pulau Venu.
  • Adanya sampah plastik yang diduga berasal dari sampah yang dibuang dari kapal-kapal para nelayan atau kapal pelayaran dan potongan-potongan kayu ukuran kecil yang hanyut terbawa arus pasang surut dan gelombang laut.

2. Penyebab Manusia
  • Induk penyu dan atau telur-telurnya, selain dimakan oleh para nelayan dari luar kabupaten Kaimana saat menyinggahi pulau Venu tersebut, mereka juga mengambil untuk dibawa keluar dari pulau tersebut.
  • Adanya pembantai ikan hiu di pulau Venu oleh para nelayan yang hanya mengambil sirip dan ekornya saja, sedangkan bagian tubuh ikan hiu dibuang ke laut atau sepanjang pantai sehingga menimbulkan bau yang tak sedap dan mencemari laut di sekitar pulau tersebut.  Hal ini, diduga dapat mempengaruhi keberadaan penyu di pulau Venu.
  • Kerusakan karang akibat pengeboman ikan oleh para nelayan di sekitar pulau Venu, bahkan diduga adanya pengambilan karang.
  • Adanya sampah-sampah plastik yang ditinggalkan oleh para nelayan yang menyinggahi pulau Venu tersebut dan pembangunan bivak-bivak oleh para nelayan.

Apakah kepedulian dan peran kita para pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap keberadaan Suaka Margasatwa Laut Pulau Venu?  Apakah pengembangan SML Pulau Venu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat sekitarnya dan mendorong perekonomian Kabupaten Kaimana pada khususnya dan Papua Barat pada umumnya? Mari wujudkan kepedulian dan peran kita bagi kepentingan bersama dalam pembangunan yang adil, makmur, dan bermartabat.


Ditulis Oleh: Zeth Parinding, S.Hut., MP