Selamat Datang di Buletin Konservasi Kepala Burung (Bird's Head) Blog "sebuah Blog yang berisi artikel-artikel seputar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan merupakan media informasi, komunikasi, sosialisasi antar sesama rimbawan dalam menegakkan panji-panji Konservasi..."
Bagi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri/Rekan-Rekan Sekalian yang ingin menyampaikan artikelnya seputar Konservasi atau ingin ditampilkan pada Blog ini, dapat mengirim artikel tersebut ke Email Tim Redaksi Buletin : buletinkepalaburung@gmail.com atau ke Operator atas nama Dony Yansyah : dony.yansyah@gmail.com

Selasa, 22 Februari 2011

Batang-Batang Kayu Dalam Banjir Bandang Wasior (Edisi 8 2010)

Berita bencana banjir bandang Wasior sangat mengejutkan banyak pihak. Pasalnya banjir bandang terjadi pada wilayah yang hutannya masih utuh dengan fungsi hutan sebagai CAGAR ALAM, yaitu Cagar Alam Pegunungan Wondiwoy. Namun demikian banyak kalangan memvonis bahwa penyebab terjadinya banjir bandang tersebut adalah karena penebangan liar, suatu tuduhan yang disandarkan adanya batang-batang kayu yang ikut hanyu bersama meterial lain.

Adakah tuduhan tersebut benar? Jika melihat fungsi hutannya maka tuduhan tersebut sangat naif, jauh dari kebenaran. Karena kawasan cagar alam di dalamnya tidak dapat dilakukan kegiatan apapun kecuali kegiatan penelitian, perlindungan dan pengawetan, peragaan alam untuk pendidikan. Dengan peruntukan seperti itu, maka kawasan hutan di daerah hulu Wasior sangat jauh dari raungan bunyi chain shaw. Dan fakta lapangan memang membuktikan bahwa kondisi hutan di atas Wasior sangat bagus.

Lalu batang-batang kayu tersebut berasal dari mana? Berikut ini kami sampaikan penuturan beberapa ahli yang sempat berkunjung ke lokasi kejadian.

1. Prof Dr Ir Dwikorita Karnawati, M.Sc Guru Besar Geologi Teknik dan Lingkungan UGM dan Ketua Jurusan Teknik Geologi UGM. (biasa disapa dengan  Bu Rita). 
Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut, banjir bandang ini juga berbeda dibandingkan banjir biasa. Sebab, dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak diawali dengan turunnya hujan. 

Banjir ini terjadi umumnya dengan diawali oleh proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang longsor dari bagian atas lereng. Proses pembendungan alamiah ini dapat terjadi secara lebih cepat apabila disertai dengan penumpukan batang-batang kayu yang terseret saat longsor terjadi. 

Bagaimana kita dapat menduga bahwa kayu-kayu yang tertumpuk adalah akibat pembalakan hutan atau akibat pohon-pohon yang tumbang yang terseret saat longsor di bagian atas lereng lembah terjadi. Apabila kayu yang terseret oleh arus banjir bandang ini merupakan kayu gelodongan dengan ukuran teratur dan tampak terpotong secara seragam (tidak disertai adanya akar-akar pohon), tumpukan kayu yang membendung lembah di hulu sungai adalah hasil tebangan pohon oleh manusia. Namun, apabila kayu-kayu yang terseret banyak disertai dengan akar-akar dan ranting-ranting pohon, sangat mungkin bahwa tumpukan kayu-kayu yang membendung hulu sungai terjadi secara alamiah akibat longsor yang menyeret pohon-pohon di permukaan lereng. (Humas UGM/Satria).

2. Dr. Ali Awaludin, dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik (FT) UGM
Dr Ali menuturkan dari kesaksian warga, aliran banjir pada awalnya membawa material pasir atau lumpur. Kemudian, diikuti oleh batang-batang pohon dan terakhir oleh batu-batu besar. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan di lokasi bencana, batang-batang pohon yang ikut hanyut memiliki ukuran sangat besar. Pohon berdiamater 1 meter atau lebih sangat sering dijumpai dengan panjang sekitar 20 meter. Pohon-pohon tersebut saat ditemukan tidak lagi segar tetapi sudah rapuh, seperti telah mati/tumbang beberapa waktu (mungkin tahunan) sebelum banjir terjadi. Pohon-pohon tersebut tampak masih lengkap dengan akar-akarnya. “Penemuan ini tentunya menepiskan dugaan bahwa pembalakan liar adalah penyebab banjir bandang Wasior, 4 Oktober lalu,”

Gambar Dr. Ali Awaludin disamping pohon yang tumbang akibat banjir bandang di Wasior Oktober 2010

Ditambahkan Ali, tumbangnya pohon-pohon di sekitar sungai dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain usia yang sudah mencapai klimaks (usia mati), sakit karena serangan jamur atau rayap, dan tererosinya lapisan tanah di sekitar akar. Pohon-pohon ini kemudian tumbang ke sungai dan membendung aliran air. Fluktuasi level muka air sungai memicu lebih cepat proses pelapukan (perapuhan) batang pohon. Kumulatif penumpukan pohon-pohon yang tumbang ini menyebabkan semakin besar volume air sungai yang terbendung. “Delapan jam sebelum banjir datang, hujan deras mengguyur Wasior dan akhirnya menghancurkan bendung-bendung pohon tersebut, sekaligus menghanyutkannya bersama dengan lumpur, pasir, dan batu-batu besar,” (Humas UGM/Satria)

Sumber:
  • www.ugm.ac.id/liputanberita/10/22/2010/mencari solusi arif bagi wasior pasca banjir bandang, rehabilitasi atau relokasi/ 
  • Http://rovicky.wordpress.com/2010/10/18/banjir-bandang-bagaimana-terjadinya/

Oleh : Muhammad Wahyudi, S.Hut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar