Selamat Datang di Buletin Konservasi Kepala Burung (Bird's Head) Blog "sebuah Blog yang berisi artikel-artikel seputar konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan merupakan media informasi, komunikasi, sosialisasi antar sesama rimbawan dalam menegakkan panji-panji Konservasi..."
Bagi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri/Rekan-Rekan Sekalian yang ingin menyampaikan artikelnya seputar Konservasi atau ingin ditampilkan pada Blog ini, dapat mengirim artikel tersebut ke Email Tim Redaksi Buletin : buletinkepalaburung@gmail.com atau ke Operator atas nama Dony Yansyah : dony.yansyah@gmail.com

Sabtu, 25 Desember 2010

"SANG RAJA PAPUA" Kakatua Raja (Probosciger atterimus) (Edisi 3 2009)

Banyak orang berkata…Indonesia memang unik! Ya pernyataan itu tidaklah berlebihan. Salah satu keunikan dapat kita lihat dari jenis-jenis burung di wilayah Indonesia bagian timur yang berbeda sifat dan cirinya dengan burung di wilayah Indonesia bagian barat. Salah satu perbedaanya adalah bahwa jenis burung di Wilayah Indonesia Barat lebih dicirikan dengan jenis burung berkicau sedangkan untuk Wilayah Indonesia Timur lebih dicirikan dengan keindahannya. Di Papua banyak terdapat banyak burung “indah”, salah satu contohnya adalah burung Kakatua Raja (Probosciger atterimus)

Morfologi 
Burung ini mempunyai ciri fisik ukuran tubuh terbesar diantara kerabat kakatua dengan panjang dari ujung kepala sampai ujung ekor antara 51  64 cm (sehingga disebut sebagai Kakatua Raja). Adapun ciri khasnya adalah berbulu hitam keabu-abuan sehingga sering pula disebut sebagai Kakatua Hitam. Kepalanya dihiasi dengan mahkota panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu. Paruhnya berwarna hitam sedangkan kakinya berwarna abu-abu tua dengan lidah merah agak kehitaman. kulit di muka berwarna merah sampai merah muda polos. Di antara mata dan paruh terdapat bagian yang tidak berbulu berwarna putih agak jingga sampai merah tua.

Kakatua jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran hampir sama, namun pada umumnya burung betina berukuran lebih kecil. Tampangnya bagus dan mudah dijinakkan. Oleh karena itu burung Kakatua Raja disukai sebagai burung peliharaan atau burung hias.

Perilaku
Burung Kakatua Raja biasa mencari pakan di puncak pohon, di hutan terbuka dalam kelompok yang besar. Jenis ini memulai aktivitasnya pada pagi hari, setelah matahari tebit dan kembali ke tempat bertenggernya sesaat menjelang matahari terbenam. Pakannya berupa biji-bijian, buah pandan dan larva serangga. Paruhnya yang besar dan kuat sangat berguna untuk mengupas kulit buah yang keras. Burung ini biasanya terlihat sendirian atau berpasangan. 

Suara
Teriakan yang keras merupakan peringatan bagi yang lain bila menghadapi bahaya. Suara panggilan berupa KEEYANK! atau EEYOHN! Atau RAAH!!! Seperti suara keledai yang sangat keras dan terdengar sampai jauh. Juga berbagai siulan uree uree yurrr yang keras, berirama, lembut dengan jangkauan nada yang luas dari rendah sampai sangat tinggi, agak memekik menyerupai suara marmot, tetapi volumenya sangat keras. Burung kakatua ini sangat unik dan menarik perhatian karena kemampuannya menirukan beberapa suara yang diajarkan. 

Masa Reproduksi
Burung Kakatua Raja berkembang biak sekitar bulan Agustus. Sarang disusun di dalam lubang pohon, biasanya pada batang yang sudah mati. Di dasar sarang diletakkan ranting-ranting kecil sebagai alas. Telur biasanya hanya satu butir dan berwarna putih. Telur tersebut dierami oleh kedua induk secara bergantian. Enam puluh hari setelah menetas, anak burung meninggalkan sarang. 

Habitat dan Penyebaran
Jenis burung Kakatua Raja biasa ditemukan di seluruh dataran rendah pulau Papua. Kelompok pulau Papua Barat, Kepulauan Aru, P. Yapen, P. Sariba dan P. Misima, dari ketinggian permukaan laut sampai 750 m (jarang sampai 1300 m). Juga di Australia Utara. 

Status Perlindungan
Kakatua Raja termasuk dalam daftar merah IUCN dengan kategori LC (least Concern). Menurut lembaga perdagangan internasional jenis tumbuhan dan satwa (CITES) Kakatua Raja dalam daftar Apendiks I, artinya masuk daftar jenis yang terancam punah dan perdagangannya secara internasional diizinkan dalam kondisi khusus.

Secara nasional Kakatua Raja dilindingi di Indonesia berdasarkan berdasarkan Undang-Undang no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar. 

Daftar Pustaka :
  • Panduan dan Identifikasi Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Diperdagangkan di Asia Tenggara. Departemen Kehutanan, 2008. 
  • Burung Indonesia Timur, Seri Sumber Daya Alam 133, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, 1986.
  • Burung-Burung di Kawasan Papua/Bruce M. Beehler, Thane K. Pratt dan Dale A. Zimmerman; ilustrasi oleh Dale A. Zimmerman dan James Coe. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI, 2001. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar